Skip to main content

Adnan Buyung Nasution


MANTAN jaksa yang menjadi advokat andal ini sejak kecit suclah kelihatan berbakat aktivis. Dia pernah menjadi anggota JPR/MPR tapi di-recall. Sempat menganggur satu tahun sebe-.JM membuka kantor pengacara (advokat) dan membentuk _embaga Bantuan Hukum Jakarta yang kemudian menjadi YLBHI :an dikenal sebagai tokomotif demokrasi. Buyung tahir di Jakarta, 20 Juli 1934. Hidupnya cukup sarat dengan tantangan.

Sejak kecil dia menjadikan ayahnya sebagai :eladan. Ketika SMP di Yogyakarta, ia ikut Mopel (Mobilisasi elajar) dan melakukan aksi protes pendirian sekolah NICA di Yogyakarta. la ikut merusak sekolah dan melempari guru-guru sekotah tersebut.

Saat bersekolah di SMA Negeri 1 Jakarta, ia menjadi Ketua Cabang Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI). Kemudian ia mengundurkan diri dan membubarkan organisasi -tu karena mulai diinfiltrasi PKI dan membawa nama Interna-sional Union of Student (IUS) yang kekiri-kirian.

Setelah lulus SMA, Buyung hijrah ke Bandung dan men-daftar di Jurusan Teknik Sipit Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana ia aktif di Perhimpunan Mahasiswa Bandung. Tetapi ia hanya bertahan setahun di ITB, lalu pindah ke Fakultas Ga-bungan Hukum, Ekonomi, dan Sosial-Politik, Universitas Ga-djah Mada, Yogyakarta. Pada 1957 ia pindah lagi ke Fakuttas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas In-donesia.

Buyung adatah sosok penting yang mendirikan LBH. Dia membangun lembaga ini karena merasa pertu membantu secara hukum pada nasib orang-orang kecit. Apalagi dia sering metihat orang-orang yang menjadi terdakwa hanya bisa pasrah mene-rima dakwaan yang ditimpakan kepadanya. Buyung mem ben-tuk LBH setelah keluar dari kejaksaan.

Mula-mula gagasan itu dilontarkan kepada Profesor Sumitro dan Mochtar Lubis. Ru-panya, Sumitro dan Mochtar cukup antusias mendukung ide itu. Namun Sumitro menyarankan supaya Buyung membuka kantor advokat karena bagaimana pun Buyung harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi sebetum Sumitro sempat mem-bantu, dia diangkat sebagai Menteri Perdagangan.

Buyung sejak tama dekat dengan banyak tokoh penting di Indonesia. Piiihannya untuk tidak masuk ke dalam sistem pemerintahan membuatnya leluasa menjadi pengritik kebijak-an pemerintah, bahkan sejak masa Orde Baru. Gagasan-gagas-an dan pendapat-pendapatnya sangat memengaruhi jalannya kehidupan sosial, terutama dalam aspek hukum, di negeri ini. Pun ketika kini zaman sudah berubah.